SEJARAH JURNALISTIK INTERNASIONAL
Bermula dari abad ke-19 setelah manusia
melakukan revolusi industri, mereka menyempurnakan berbagai teknologi
untuk membantu kehidupan mereka. Antara pabrik dengan pertanian pun
disambungkan. Manusia tidak lagi hanya melakukan komunikasi antarpribadi
dan kelompok. Teknologi komunikasi mempertemukan manusia melalui
industri telepon, surat kabar, majalah, fotografi, radio, film,
televisi, komputer dan satelit serta internet. Manusia kini berada dalam
abad informasi.
Berdasarkan catatan sejarah jurnalistik,
awal mula lahirnya jurnalistik dimulai sekitar 3000 tahun silam. Saat
itu Firaun, Amenhotep III, di Mesir mengirimkan ratusan pesan kepada
para perwiranya yang tersebar di berbagai provinsi untuk mengabarkan apa
yang terjadi di ibukota. Inilah yang menjadi dasar konsep jurnalistik,
yaitu menyampaikan berbagai pesan, informasi, atau berita.
Menurut
Onong Uchjana Effendy, kegiatan jurnalistik sudah berlangsung sangat
tua, dimulai zaman Romawi Kuno ketika Julius Caesar berkuasa. Waktu itu
ia mengeluarkan peraturan agar kegiatan-kegiatan Senat setiap hari
diumumkan kepada khalayak dengan ditempel pada semacam papan pengumuman
yang disebut dengan Acta Diurna.
Berbeda
dengan media berta saat ini yang ‘mendatangi’ pembacanya, pada waktu
itu pembaca yang datang kepada media berita tersebut. Sebagian khalayak
yang merupakan tuan tanah/hartawan yang ingin mengetahui informasi
menyuruh budak-budaknya yang bisa membaca dan menulis untuk mencatat
segala sesuatu yang terdapat pada Acta Diurna. Dengan perantaraan para pencatat yang disebut Diurnarii para tuan tanah dan hartawan tadi mendapatkan berita-berita tentang Senat.
Perkembangan selanjutnya pada Diurnarii tidak
terbatas kepada para budak saja, tetapi juga orang bebas yang ingin
menjual catatan harian kepada siapa saja yang memerlukannya. Beritanya
pun bukan saja kegiatan senat, tetapi juga hal-hal yang menyangkut
kepentingan umum dan menarik khalayak. Akibatnya terjadilah persaingan
di antara Diurnarii untuk mencari berita dengan menelusuri kota Roma, bahkan sampai keluar kota itu.
Persaingan itu kemudian menimbulkan korban pertama dalam sejarah jurnalistik. Seorang Diurnarii bernama Julius Rusticus
dihukum gantung atas tuduhan menyiarkan berita yang belum boleh
disiarkan (masih rahasia). Pada kasus itu terlihat bahwa kegiatan
jurnalistik di zaman Romawi Kuno hanya mengelola hal-hal yang sifatnya
informasi saja.
Tetapi
kegiatan jurnalistik tidak terus berkembang sejak zaman Romawi itu,
karena setelah Kerajaan Romawi runtuh, kegiatan jurnalistik sempat
mengalami kevakuman, terutama ketka Eropa masih dalam masa kegelapan (dark ages). Pada masa itu jurnalistik menghilang.
Surat
kabar cetak pertama terbit dan beredar di Cina dengan nama “King Pau”
sejak tahun 911 M dan pada tahun 1351 M Kaisar Quang Soo telah
mengedarkan surat kabar itu secara teratur seminggu sekali. Sedangkan
pelopor surat kabar sebagai media berita pertama yang bernama “Gazetta”
lahir di Venesia, Negara Italia pada tahun 1536 M. Saat itu Republik
Venesia sedang perang melawan Sultan Sulaiman. Pada awalnya surat kabar
ini ditulis tangan dan para pedagang penukar uang di Rialto menulisnya
dan menjualnya dengan murah, tapi kemudian surat kabar ini dicetak.
Di Eropa tidak jelas siapa pelopor pertamanya. Namun, padi 1605, Abraham Verhoehn di Antwerpen Belgia mendapat izin mencetak Nieuwe Tihdininghen. Akhirnya, pada 1617, selebaran ini dapat terbit 8 hingga 9 hari sekali.
Beranjak ke Jerman, di tahun 1609, terbitlah surat kabar pertama bernama Avisa Relation Order Zeitung. Pada 1618, muncul surat kabar tertua di Belanda bernama Coyrante uytItalien en Duytschland.
Surat kabar ini diterbitkan oleh Caspar VanHilten di Amsterdam.
Kemudian surat kabar mulai bermunculan di Perancis tahun 1631, di Itali
tahun 1636 dan Curant of General newsterbit, surat kabar pertama di Inggris yang terbit tahun 1662.
Di
Amerika Serikat ilmu persuratkabaran mulai berkembang sejak tahun 1690 M
dengan istilah journalism dan saat itu telah terbit surat kabar dalam
bentuk yang modern, Publick Occurences Both Foreign and Domestick, di
Boston yang dimotori oleh Benjamin Harris (Brend D Ruben, 1992: 22).
Surat
kabar cetak yang pertama kali terbit teratur setiap hari adalah Oxford
Gazzete di Inggris pada tahun 1665 M. Surat kabar ini kemudian berganti
nama menjadi London Gazzette dan ketika Henry Muddiman menjadi editornya
untuk pertama sekali dia telah menggunakan istilah “newspaper”. Istilah
inilah yang dipergunakan oleh semua orang sampai sekarang.
Pada
abad ke-17 John Milton memimpin perjuangan kebebasan menyatakan
pendapat di Inggris yang terkenal dengan Areopagitica, A Defence of
Unlicenced Printing. Sejak saat itu jurnalistik bukan saja menyiarkan
berita (to inform), tetapi juga mempengaruhi pemerintah dan masyarakat
(to influence). Perjuangan John Milton kemudian diikuti oleh John
Erskine pada abad ke-18 dengan karyanya yang berjudul “The Right of
Man”. Pada abad ke-18 ini pula lahir sistem pers liberal mengantikan
sistem pers otoriter.
Di
Universitas Bazel, Swiss jurnalistik untuk pertama kali dikaji secara
akademis oleh Karl Bucher (1847 – 1930) dan Max Weber (1864 – 1920)
dengan nama Zeitungskunde pada tahun 1884 M. Sedangkan di Amerika mulai
dibuka School of Journalism di Columbia University pada tahun 1912
M/1913 M dengan penggagasnya bernama Joseph Pulitzer (1847 - 1911).
Sepanjang
tahun 1960-an di Amerika Serikat muncul para perintis jurnalisme baru
yang merasa bosan dengan tatakerja jurnalisme lama yang dianggap kaku
dan membatasi gerak wartawan pada tehnik penulisan dan bentuk laporan
berita. Mereka melakukan inovasi dalam penyajian dan peliputan berita
yang lebih dalam dan menyeluruh. Pada era jurnalisme baru saat ini para
wartawan dapat berfungsi menciptakan opini public dan meredam konflik
yang terjadi di tengah masyarakat.Sumber : http://mlathi-paramesthi.blogspot.com/
Nama : Sindi Hutami Sugiharti
Kelas : 3SA05
NPM : 16610554
Tidak ada komentar:
Posting Komentar